Monday, July 21, 2008

Extreme Santigi Bonsai Materials For Sale

SN0001 SN0002
SN0003 SN0004
SN0005
SN0006
SN0007

We present our new collection, extreme Santigi bonsai materials. We also provide various of Bonsai trees (Kawis, Sancang, Santigi, Milten, Klampis, Adenium, etc.) for sale. Serious buyers please contact us - Gembira nursery.

Sunday, July 20, 2008

Fine Sancang Bonsai For Sale

SC0001
SC0002
SC0003
SC0004
SC0005
SC0006

Our collection of Sancang bonsai trees are for sale now. We also provide various of Bonsai trees (Kawis, Sancang, Santigi, Milten, Klampis, Adenium, etc.) for sale. Serious buyers please contact us - Gembira nursery.

The Biggest Pandan Bali For Sale

PB0001

The one of the biggest Pandan Bali (Cordyline australis) tree in Indonesia is for sale now. Its height is 6,5 metres and it has circumference 3,2 metres. Above picture makes us clearly seen the ratio between man and the tree. We also provide various size of Pandan Bali trees. Serious buyers please contact us - Gembira nursery.

Thursday, July 03, 2008

Apa Itu Bonsai?

Bonsai (bahasa Jepang: 盆栽, bahasa Mandarin: 盆栽, secara harfiah "tanaman di pot") merupakan salah satu seni pemangkasan tumbuhan atau pohon dengan membesarkan tanaman di pot saja. Kultivasi termasuk teknik-teknik untuk pembentukan (shaping), pengairan (watering) dan pengepotan (repotting) di segala macam bentuk pot.
Berasal dari daratan China pada zaman Dinasti Han, 'Bonsai' adalah pelafalan bahasa Jepang untuk tanaman tersebut yang bahasa Mandarin -nya "pen zai", yang ditandai dengan digunakannya karakter kanji. Kata 'Bonsai' di Barat digunakan untuk semua macam tanaman atau pohon miniatur yang ditanam di dalam wadah tertentu atau pot.
Dalam bahasa Jepang, bonsai berarti "tanaman di pot". Biasanya akan berasosiasi dengan sebuah miniatur pohon yang ditanam di dalam pot atau kontainer. Pohon yang di bonsai umumnya berupa pohon berkayu (misalnya pohon beringin, dll) atau pohon buah-buahan dan kadang berupa pohon bunga. Bonsai yang baik dapat diletakkan diluar pekarangan sepanjang tahun.
Efek artistik dari bonsai dilihat dari keseimbangan dalam ukuran batang, daun, ranting bunga atau buah dan pot yang digunakan. Pot yang dipakai haruslah yang mendukung suasana pohon yang ditanam. Bonsai sekarang menjadi cukup populer termasuk di Indonesia.

Sejarah Bonsai
Asalnya bonsai dipercayai mulai paling sedikitnya 4000 tahun lalu pada zaman Dinasti Han di China [rujukan?]. Sejak saat itu sudah dikembangkan ke bentuk-bentuk baru di bagian-bagian China, Jepang, Korea dan Vietnam.
Pada mulanya, orang-orang Jepang menggunakan pohon miniatur yang dibesarkan di wadah-wadah untuk mendekorasi rumah dan taman mereka. [1]. Pada zaman Zaman Edo, penanaman tersusun di kebun mendapat kepentingan yang baru. Kultivasi tanaman seperti azalea dan maple menjadi suatu hobi untuk masyarakat yang tingkat atas. Pada waktu tersebut, istilah yang dipakai untuk memanggil pohon kerdil yang dipotkan adalah 鉢の木 (hachi-no-ki)
Sedangkan kata Bonsai itu diserap dari bahasa Mandarin Pen-Zai (Pen = Pot – Zai = Pohon), sebelumnya dalam bahasa Jepang disebut "Hachi-no-ki" = Pohon di dalam Pot. Tidak bisa dipungkiri, bahwa Bonsai itu sebenarnya berasal dari Tiongkok. Seni mengerdilkan tumbuh-tumbuhan di Tiongkok lebih dikenal dengan sebutan Penjing (Pinyin). Pen = Pot/Wadah/Dulang - Ying = Panorama Alam.
Penjing itu adalah merupakan seni mengerdilkan tanaman dengan mengambil inspirasi dari bentuk panorama alam. Gambar siluet dari panorama alam inilah yang mereka tata dalam sebuah tanaman yang dikerdilkan, hingga tanaman itu berbentuk lukisan alam yang indah dan hidup.
Penjing bisa dibagi dalam tiga kategori: Penjing Pohon (Shumu Penjing), Penjing pemandangan/Alam (Shanshui Penjing), Penjing Air dan Tanah (Shuihan Penjing).
Asal muasalnya dari seni Penjing berdasarkan mitologi; konon ada seorang ahli sihir yang bernama Jiang Feng yang memiliki kemampuan menyihir sehingga apa saja yang disihir olehnya akan menjadi kecil.
Sedangkan He-Nian seorang pujangga ketika jaman Dinasti Yuan telah menulis beberapa puisi mengenai Penjing dan salah satu kalimatnya telah menjadi kredo: "Yang Terkecil menjadi Yang Terbesar"
Seni Penjing sudah dikenal sejak jaman Dinasti Tang, tetapi baru pada saat Dinasti Qin menjadi sangat terkenal dan digandrungi oleh para pejabat tinggi maupun para Bikshu, sehingga setiap tahunnya diadakan lomba seni Penjing.
Konon ketika kerajaan Shuhan terjadi persaingan terselubung antara kanselir Zhuge Liang (Cukat Liang) dengan Liu Bei. Untuk membuktikan tanda kesetiaannya Liu Bei terhadap Cukat Liang dan juga keinginan damainya. Liu Bei menghadiahkan Penjing Pohon buah Pear. Melalui pohon inilah hati sang kanselir akhirnya bisa luluh. Perlu diketahui bahwa Liu Bei juga adalah seorang satrawan maka dari itu Penjing Pohon yang bentuknya lurus seperti pena disebut Wenren Mu (Pohon Para Pujangga) dalam bahasa Jepang disebut Bunjingi.
Bonsai pertama kali diperkenalkan ke umum oleh Jepang pada tahun 1867 ketika Expo Dunia di Paris.
Seni mengerdilkan/pemangkasan tanaman dikembangkan juga oleh para Biksu aliran Tao, karena Penjing ini juga merupakan lambang dari keseimbangan serta keharmonisan manusia dengan alamnya. Dari pemeliharaan seni Penjing mereka bisa mendapatkan secara tidak langsung kepuasan batiniah yang tak ternilai. Para Biksu inilah jugayang membawa seni Penjing ke Jepang yang akhirnya dikembangkan menjadi seni Bonsai.
Diperkirakan seni Penjing ini pertama kali datang ke Jepang antara era Kaisar Kammu (737 - 806) hingga akhirnya masa kejayaan Kerajaan Edo pada kepemimpinan Shogun Dinasti Tokugawa (1603 - 1867). Sedangkan sebagian pihak menganggap Bonsai hadir pada masa Dinasti Kamakura (1185 - 1333). Hal ini terjadi karena adanya bukti otentik berupa lukisan seorang pejabat Shogun Kamakura dengan Bonsai.
Para penggemar Bonsai pada umumnya beli pohon tidak di Jepang melainkan di China atau di Taiwan sebab disana harganya jauh lebih murah daripada di Jepang yang bisa dua sampai tiga kali lipat lebih mahal. Harga per pohon di Taiwan bisa puluhan juta, kebalikannya di Indonesia orang masih ada yang bersedia bayar ratusan juta Rp untuk bisa mendapatkan satu pohon Bonsai yang bagus.
Karangan yang berasal dari kurun masa tahun 1300-an, Rhymeprose on a Miniature Landscape Garden, oleh seorang biksu Zen Jepang Kokan Shiren menggaris-besarkan prinsip estetis untuk bonsai, bonseki dan arsitektur pertamanan.
Pohon bonsai yang tertua yang diketahui ada di dalam koleksi Happo-en (kebun pribadi dan restoran eksklusif) di Tokyo, Jepang dimana bisa ditemukan bonsai-bonsai yang berusia 400 sampai 800 tahun.

Ukuran Bonsai
Ada 4 ukuran bonsai yang biasa dipakai, yaitu miniatur, kecil, sedang, dan rata-rata. Miniatur biasanya berukuran tinggi sekitar 5 cm. Umumnya bonsai miniatur disiapkan dalam waktu sekitar 5 tahun. Bonsai kecil biasanya mempunyai tinggi antara 5 sampai 15 cm dan memerlukan persiapan sekitar 5-10 tahun. Bonsai ukuran sedang mempunyai tinggi antara 15 sampai 30 cm, dan bonsai rata-rata mempunyai tinggi 60 cm dengan waktu perisapan sekitar 3 tahun.

Cara Membonsai
Tanaman atau pohon dikerdilkan dengan cara memotong akar dan rantingnya. Pohon dibentuk dengan bantuan kawat pada ranting dan tunasnya. Kawat harus sudah diambil sebelum sempat menggores kulit ranting pohon tersebut.

What Is Bonsai?

Bonsai (Japanese: 盆栽, Chinese: 盆栽, literally "potted plant") is the art of aesthetic miniaturization of trees by growing them in containers. Cultivation includes techniques for shaping, watering, and repotting in various styles of containers.
Originating in China during the Han Dynasty, 'bonsai' is a Japanese pronunciation of the Chinese word penzai (盆栽). The word bonsai is used in the West as an umbrella term for all miniature trees in containers or pots.

The origins of bonsai are believed to have begun at least 4000 years ago during the Han Dynasty in China. It has since developed into new forms in parts of China, Japan, Korea and Vietnam.
At first, the Japanese used miniaturized trees grown in containers to decorate their homes and gardens. During the Tokugawa period, landscape gardening attained new importance. Cultivation of plants such as azalea and maples became a pastime of the wealthy. Growing dwarf plants in containers was also popular. At this time, the term for dwarf potted trees was "a tree in a pot" (鉢の木, hachi-no-ki?). The c.1300 rhymed prose essay, Rhymeprose on a Miniature Landscape Garden, by the Japanese Zen monk Kokan Shiren, outlines the aesthetic principles for bonsai, bonseki and garden architecture itself. The oldest known living bonsai trees are in the collection at Happo-en (a private garden and exclusive restaurant) in Tokyo, Japan, where bonsai are between 400 to 800 years old

Source: http://en.wikipedia.org/wiki/Bonsai

Scientific Classification Of Pandan Bali (Cordyline australis)

Kingdom:
Plantae

Division:
Magnoliophyta

Class:
Liliopsida

Order:
Asparagales

Family:
Laxmanniaceae

Genus:
Cordyline

Species:
C. australis

Binomial name
Cordyline australis
(Forst. f.) Hook. f.

Source: http://en.wikipedia.org/wiki/Cabbage_tree_(New_Zealand)

Pandan Bali (Cordyline australis)

The cabbage tree Cordyline australis, known as Tī rākau or Tī kōuka (and, more rarely, whanake) in the Māori language is a monocotyledon endemic to New Zealand. It grows up to 15 m tall, at first on a single stem, but dividing into a much-branched crown, each branch may fork after producing a flowering stem. The leaves are sword-shaped, 40 to 90 cm long and 3 to 7 cm broad at the base, with numerous parallel veins. The flowers are creamy white, each flower small, about 1 cm diameter with six tepals, and produced in a large, dense cluster 50 to 100 cm long. The fruit is a white berry 5 to 7 mm in diameter.

Because their high carbohydrate content can be made digestible by cooking, they were a valuable food source for at least the first 800 years of Māori occupation of New Zealand. Radiocarbon dating points to use since about the year 1000. Related trees were probably valuable elsewhere in the South Pacific. Fern root was the only other substantial native carbohydrate source.
The Otago Peninsula is one place where archaeology has shown substantial use of the cabbage tree for food. Huge hollows, up to 7 m across, are the remains of umu-tī (cabbage-tree ovens). After cooking for two days, the bundles of young cabbage tree would be sun-dried, in which state they would keep for years.
Cabbage trees also have value as fibre sources. The trunk and root material can be twisted into ropes, and the leaves can be woven for clothing and footwear fabrics. Juice from the plant has value for fighting infections. Early missionaries "brewed a tolerable beer from it". The commercial value remains to be fully examined. Possibilities are as a low-calorie sweetener (because it is twice as sweet as sugar) and as an ethanol source.
It is also widely planted as an ornamental tree, in New Zealand and also in western Europe (including the British Isles) and the Northwest coast of the United States[1]. Because it tolerates cold weather better than many other tree-sized monocots, this plant is often planted by people wishing to give a tropical, exotic look to their yards or gardens. The overall visual effect is said by many to create a view reminiscent of a palm tree (it is occasionally even mis-named "Cornish palm", "Torbay palm" or "Manx palm" in the British Isles due to its extensive use within Torbay and as the official symbol of that area under its alternative identity, the English Riviera). The subspecies (or variety) atropurpurea is especially notable for its reddish foilage, and several cultivars are available. It has been also reported in Norway.

Source: http://en.wikipedia.org/wiki/Cabbage_tree_(New_Zealand)